Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan - Catatan Jito Tilman

Rahasia Kemenangan dalam Cinta dan Seks Menuju Pernikahan

"MENGHADAPI KEBUTUHAN SEKS"
Pdt. Stephen Tong
 
Celakalah orang yang hanya ingin menikmati seks tanpa cinta. Dia bagaikan binatang. 

Kita perlu membedakan dengan tegas (1) kasih seksual, (2) seks tanpa kasih, dan (3) kasih tanpa seks. Di dalam tingkatan kasih ini kita juga dapat melihat bagaimana (1) manusia yang indah memiliki cinta sebagai kekuatan pendorongnya; (2) manusia yang imoral hanya mau seks tanpa cinta; (3) manusia yang berkesempatan sedikit, memiliki cinta, tetapi tidak mungkin tidak memperoleh seks; (4) manusia yang biadab sekali ingin memuaskan seks tanpa pernah ada cinta.

Ada seorang duda yang sedemikian mengasihi istrinya sehingga tidak menikah lagi. Bagaimana dengan kebutuhan seksnya? Ada orang yang begitu cinta Tuhan, bekerja sebagai pelaut berbulan-bulan terpisah dari istrinya dan tidak mau melacur. Bagaimana dengan kebutuhan seksnya? Ada orang yang karena kurang cantik atau sifatnya kurang disukai orang, sehingga tidak ada pria yang mau berpacaran atau melamar dia. Bagaimana dengan kebutuhan seksnya? Ada remaja yang masa puber terlalu pagi, sehingga di usia 12 tahun sudah mengerti semua hal tentang seks dan sudah memerlukan seks, tetapi dia masih ingin bersekolah sampai jenjang yang tinggi. Bagaimana dengan kebutuhan seks selama masa itu? 

Semua ini merupakan fakta yang tidak bisa kita pungkiri atau abaikan.
Di dalam memikirkan hal ini, kita harus pertama-tama melihat kombinasi relasi antara seks dan cinta di dalam diri manusia. Manusia berbeda dari malaikat dan binatang. Binatang bukan manusia, malaikat pun bukan manusia. Malaikat memiliki cinta, tetapi tidak memiliki seks. Binatang memiliki seks tetapi tidak memiliki cinta. Binatang memiliki cinta yang bersifat naluri. Ini adalah cinta biologis yang hanya bertujuan untuk memelihara dan menjalankan tugas naturnya.

Ada satu peristiwa yang terjadi di kebun binatang Moskow tahun 1957. Saya heran mengapa ini terjadi di Moskow dan bukan di Amerika Serikat. Sebagai seorang rohaniwan, saya melihat bahwa ini adalah suatu cara Tuhan mengajar orang-orang ateis dan yang tidak mementingkan cinta kasih. Ada seekor anak gajah sakit keras. Ibunya begitu susah payah menjaganya dan tidak mau meninggalkan anaknya. Sekalipun telah diupayakan pengobatan sekuat mungkin, anak gajah ini tetap tidak tertolong dan mati. Ibu gajah itu begitu sedih. Selama tiga hari ibu gajah itu tidak mau makan. Lalu pada hari ketiga, tiba-tiba ibu gajah ini bangkit dengan sangat marahnya lalu terjun membenturkan kepalanya ke batu berkali-kali sampai akhirnya mati bunuh diri. 

Saya masih sangat muda ketika membaca kisah ini. Saya sungguh tidak bisa mengerti, bagaimana seekor gajah bisa mengerti cinta kasih yang dalam sementara manusia bisa begitu kejam dan tidak memiliki kasih sama sekali.

Jikalau manusia sudah tidak lagi memiliki perasaan kasih kepada manusia lain, apakah dia masih disebut manusia?
Engkau menjadi agung bukan karena kepandaianmu. Engkau menjadi agung bukan karena kesuksesan kariermu. Engkau menjadi agung bukan karena gelar akademismu yang tinggi sekali. Engkau menjadi agung bukan karena banyaknya kekayaanmu. Tetapi yang membuatku engkau agung adalah seberapa besar perasaan belas kasihan, perhatian, kemurahan, dan kerelaanmu mengerti pergumulan sesamamu, seberapa jauh engkau rela menolong orang lain, dan seberapa pekau engkau akan nasib umat manusia.

Di dunia ini sangat banyak orang yang pandai, tetapi sedikit orang yang agung. Banyak orang yang kaya, tetapi sedikit orang yang penuh belas kasihan. Banyak orang yang pandai bicara, tetapi sedikit orang yang mau menjalankannya. 

Kita perlu belajar bukan hanya pandai bicara, tetapi juga bisa menjalankan apa yang kita bicarakan. Kita perlu belajar lebih mengerti orang lain. Itu yang membuat manusia menjadi manusia yang agung. 

Banyak orang yang berakademis tinggi, tetapi sedikit orang yang agung. Orang yang matanya tajam dalam melihat kesalahan orang lain jumlahnya sangat banyak, tetapi orang yang sungguh-sungguh mau menolong dan membangun orang lain, jumlahnya sangat sedikit. Kita perlu belajar menjadi orang yang agung.

Manusia bukan binatang. Manusia tidak boleh terjerumus ke dalam kesalahan, khususnya di dalam hal seks. Kita perlu berjanji di hadapan Tuhan, berdoa minta kekuatan untuk melupakan kesalahan yang sudah dilakukan di masa lalu, tidak mengulanginya lagi, dan saat ini mau hidup dengan baik. 

Manusia bukan binatang, namun manusia juga membutuhkan seks. Oleh karena itu, manusia membutuhkan cinta yang sunguh, sehingga keseimbangan antara cinta dan seks menjadikan diri sebagai wakil Tuhan yang mulia.
Jangan melampiaskan seks sembarangan, karena akibat yang ditimbulkannya terlalu berat, penyesalannya terlalu dalam, dan kesedihan di dalam hati nuranimu sulit untuk dapat direkatkan dengan cinta Tuhan. 

Belajarlah untuk bisa mempersatukan cinta dan seks dengan sebaik mungkin. Jangan engkau menikah dengan seseorang yang tidak sungguh-sungguh engkau cintai, karena selanjutnya dia akan menjadi korbanmu.

Engkau telah menyita waktunya seumur hidupnya dan dia tidak menikmati cinta yang sesungguhnya darimu. Tetapi, engkau mengatakan bahwa engkau perlu menikah.
Maka di sini, janganlah engkau menikah hanya untuk memenuhi kebutuhanmu, secara spesifik, janganlah engkau menjadikan pasanganmu sebagai alat untuk melampiaskan kebutuhan seksmu. Itu adalah tindakan dan sikap yang tidak benar.

Tidak bisa menikah dengan yang sungguh-sungguh engkau cinta, lalu karena kebutuhan seks menikah dengan orang yang tidak sungguh-sungguh engkau cinta, adalah dua hal yang sama-sama tidak baik. Karena itu, hendaklah engkau berdoa agar Tuhan memberikan kesempatan dan kemungkinan untuk bisa menikah dengan orang yang sungguh-sungguh engkau cintai.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.